HUNTAP KORBAN TSUNAMI BANTEN TAHUN 2018.Di sinyalir sarat keganjilan. BAGIAN 1 (SATU )

-->

HUNTAP KORBAN TSUNAMI BANTEN TAHUN 2018.Di sinyalir sarat keganjilan.
BAGIAN 1 (SATU )

Pandeglang SuaraRakyat21.com

Pembaca yang terhormat.
Petaka Tsunami Sabtu malam Minggu 22 Desember 2018 di Provinsi Banten.Menyisakkan duka cita yang cukup dalam,Puluhan bahkan Ratusan korban kehilangan tempat tinggal,harta benda,sekaligus meninggal dunia.

Ucapan duka cita mengalir dari berbagai belahan Dunia.Indonesiapun berkabung untuk beberapa Bulan lamanya.Akan tetapi larut dalam kedukaan berkepanjangan bukanlah sesuatu yang menguntungkan.Pemerintah pusat secara cepat,tepat,sigap dan tanggap mengambil keputusan,dengan cara membangunkan kembali Rumah-rumah penduduk mulai dari Hunian sementara (Huntara)hingga Hunian tetap (Huntap)

208 unit Huntap untuk 208 Kepala Keluarga korban Tsunami yang berasal dari Desa Teluk, Caringin,dan Cigondang , selesai sudah di bangunkan lalu diberikan kepada para korban, berlokasi di Desa Banyu Mekar Kecamatan Labuan,Kabupaten Pandeglang,Provinsi Banten

Suara Rakyat mencoba menghubungi dan meminta keterangan Korban eks Petaka Tsunami,berikut pihak-pihak yang berkepentingan,termasuk salah satu pekerja Huntap,kemudian pihak Desa di susul Camat Kecamatan Labuan,BPBD Kabupaten Pandeglang,Sekretaris Daerah Kabupaten Pandeglang,
DPR Kabupaten Pandeglang,Juga BPBD Provinsi Banten.seputar kegiatan Huntap.

Alhasil jawaban-jawaban dari Mereka sangat bersebrangan dan kontra satu sama lain.hingga mengesankan banyaknya keganjilan yang terjadi.

Untuk merubah sesuatu yang samar-samar menjadi terang benderang.Suara Rakyat menyuguhkan hasil jurnal ini secara ” BERSAMBUNG “.selaras hitungan Matematika, maka harus dimulai dari angka terbawah yaitu dari Warga selaku pemanfaat,sebelum nantinya membuka pintu- pintu yang lain.

Belum lama ini sebagian Warga Desa Teluk,banyak melontarkan pertanyaan kepada pihak pencatat data- data Korban Tsunami,sebab banyak keanehan yang terjadi dan tidak masuk logika.Contohnya banyak tercatat Warga mendapatkan Huntap,padahal Rumahnya tidak tergilas oleh ombak Tsunami,bahkan jarak dari titik musibahpun cukup jauh,ada lagi yang Rumahnya sengaja dirobohkan, agar betul-betul di anggap Korban Tsunami,disisi lain Warga yang sudah memiliki Huntap mulai berulah dengan cara oper kunci pada Warga lain seharga Rp 500.000.-

Fenomena seperti itu akhirnya menciptakan kegaduhan lokal,bahkan tidak menutup kemungkinan menjadi biang kecemburuan,dan perseteruan berkepanjangan,terutama dari pihak yang betul-betul Korban petaka Tsunami Dua Tahun lalu,akan tetapi hasilnya hanya menelan pil pahit dan merasa terdzholimi.

“Kalau Kita kan dicatat lalu dikasih,jadi ya… diambil ” Tangkis Narasumber by phone. yang Rumah asalnya sengaja dirobohkan.

Diklarifikasikah ?! soal sengkarut data berbau nepotisme itu oleh sang juru catat.Nasi sudah menjadi bubur.para korban,baik yang betul-betul Korban, atau korban palsu, atau korban titipan sudah masuk ke kantong BPBD.Provinsi maupun Kabupaten.(Bersambung) *** Rusdi